Kategori Berita

Informasi

Home Kolom

Solidaritas Idul Adha dan Qurban Serta Ketahanan Ekonomi Nasional

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Sebagai muslim, kita patut mensyukuri betapa momentum-momentum besar yang terjadi dalam sejarah kenabian masih memberikan benefit besar di era saat ini. Adalah Idul Adha dan ibadah Qurban misalnya. Qurban merupakan salah satu momentum besar dimana Nabi Ibrahim menunjukkan ketaatannya secara vertikal kepada Allah SWT dengan ikhlas mengorbankan anaknya. Nyatanya Allah Yang Maha Pengasih mengganti niat baik Nabi Ibrahim dengan seekor Kibas, ternak sejenis kambing yang kemudian ibadahnya dilakukan secara turun-temurun karena sangat dianjurkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.

 

Tentu saja semua pihak di Indonesia, khususnya para pelaku usaha di sektor peternakan patut bersyukur. Bagaimana tidak, momentum qurban telah mendorong optimalisasi sektor peternakan sebagai salah satu usaha yang sangat produktif. Buktinya, tak kurang dari 1,5 juta lebih ternak dibutuhkan dalam perayaan ibadah Qurban.

 

Pada Tahun 2022 ini sendiri, Kementerian Pertanian memproyeksikan kebutuhan ternak dalam ibadah Qurban mencapai  1.814.402 ekor. Untuk berjaga-jaga, Kementan menyiapkan sekitar 2.205.660 ternak. Terdiri dari 882.266 ekor sapi, 27.179 ekor kerbau, 952.390 ekor kambing, dan 403.826 ekor domba. Menariknya, kendatipun Indonesia baru saja dilanda Pandemi Covid-19, pihak Kementan justru memproyeksikan adanya peningkatan permintaan hewan qurban antara 11-13 persen dari tahun-tahun sebelumnya.

 

Dari proyeksi tersebut kita bisa melihat, betapa potensi perputaran uang dari ibadah qurban ini sangatlah besar. Triliunan uang tunai berputar dalam 1-2 bulan ini. Bahkan mencapai Rp 31,6 Triliun sebagaimana proyeksi yang disampaikan oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) baru-baru ini. Imbasnya tentu tidak saja dinikmati bagi para peternak sendiri. Para pedagang, tukang jagal, pengelola ternak temporer, hingga masyarakat umum para penerima manfaat qurban. Sungguh sebuah solidaritas yang unik. Niatnya karena Allah, imbasnya kepada sesama manusia. Bahkan kepada negara dengan terbentuknya ketahanan ekonomi secara nasional.

 

Walaupun momentum Idul Adha dan Qurban tidak bisa dipisahkan, namun dalam kacamata saya, Idul Adha dan sub ibadah qurban memberikan multi efek berbeda. Qurban lebih fokus pada optimalisasi sektor peternakan, sementara Idul Adha justru memberikan multi efek di semua lini ekonomi. Idul Adha memberikan efek ganda pada sektor usaha layanan jamaah haji, dunia fashion, kuliner, kecantikan, tempat-tempat wisata, tempat perbelanjaan baik moderen dan tradisional, serta berbagai sektor lainnya.

 

Diakui atau tidak, momentum Idul Adha dan Qurban selalu membuka dorongan yang lebih besar atas peningkatan daya beli masyarakat. Sekitar 230 jutaan warga muslim Indonesia akan terdorong untuk membelanjakan uangnya secara ekstra dari biasanya. Bahkan tak soal jika harus mengorbankan simpanan uangnya untuk menyambut momen suci, ibadah hari raya haji tersebut. Sekali lagi, sungguh sebuah solidaritas yang unik. Niatnya karena Allah, namun imbasnya kepada seluruh komponen masyarakat hingga bangsa dan negara ini.

 

Tantangan Produk Impor

 

Kendatipun perputaran uang tunai dalam momentum Idul Adha dan Qurban sungguh sangatlah besar, sejatinya saat ini kita belum bisa bersenang diri. Persoalannya produk-produk luar negeri masih begitu kuat membanjiri tanah air. Masyarakat terus-menerus digoda oleh produk-produk impor dengan berbagai program kampanye yang benar-benar menggiurkan.

 

Walau tidak mudah, semangat memproteksi produk-produk lokal harus seoptimal mungkin dilakukan oleh berbagai pihak. Pemerintah sejauh ini sudah bekerja dengan cukup bagus. Kementan misalnya terus menjaga stok ternak untuk qurban dari para peternak lokal. Di lain sisi, pemerintah juga cukup gencar mengkampanyekan agenda bangga buatan Indonesia. Pemerintah juga terus mendorong agar masyarakat lebih membeli produk-produk UMKM ketimbang produk impor.

 

Maka karena itu, sebagai masyarakat kitapun harus menunjukkan solidaritas yang sama. Toh produk-produk lokal Indonesia saat ini terus bertransformasi menjadi produk yang keren dan elegan. Kreatifitas produk-produk UMKM Indonesia terus berkembang, bahkan melampaui ekspektasi para pelaku UMKM sendiri.

 

Kedepan tentu kita berharap, perputaran uang yang terjadi dalam momentum Idul Adha dan qurban tidak bocor ke luar negeri secara masif. Pengembangan produk-produk lokal dan proteksi yang dilakukan secara terstruktur harusnya mampu mendorong kesadaran masyarakat untuk membeli produk lokal agar transaksi keuangan dalam negeri benar-benar seimbang. Tentu sangat disayangkan bila tak dikawal. Momentum Idul Adha dan qurban yang harusnya bisa memperkuat ketahanan ekonomi nasional, justru berakhir sebaliknya karena bocor dimana-mana. Maka jangan kendor. Jaga solidaritas. Perkuat ekonomi bangsa dengan beli produk saudara. []

 

*Penulis merupakan Ketua Umum DPP Gerakan Restorasi Pedagang dan UMKM (GARPU)

Penulis: Pietra Machreza Paloh

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Terkait

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kolom

Suara Pembaca

Kirimkan tanggapan dan komentar Anda yang berkaitan dengan pelayanan publik dan keluhan konsumen.

Kategori Berita