Memang tak bisa dipungkiri, klapertaart bikin penikmat kuliner ngiler. Klapertaart yang merupakan penganan khas Kota Manado, Sulawesi Utara memang memiliki aroma yang kuat. Berbahan dasar daging kelapa muda, tepung terigu, susu, mentega, dan telur, aromanya saat disajikan ke meja merebak kemana-mana. Tak hanya unggul dengan aroma yang menggoda, teksturnya yang lembut seperti puding juga menambah selera para penikmat kuliner nusantara.
Junike Makinggung merupakan salah satu penikmat kuliner nusantara. Perempuan paruh baya asal Kota Manado ini tak akan melewatkan satu bagian pun dari kuliner yang dicicipi. Jebolan Fisip Universitas Sam Ratulangi telah mencoba berbagai jenis kuliner nusantara yang diakuinya tak kalah enak dengan kuliner dari luar negeri. Menariknya, dia tak saja memposisikan diri sebagai penikmat kuliner. Adalah Klapertaart yang mendorongnya untuk keluar dari segmen penikmat semata. Niken begitu perempuan ini lumrah dipanggil mengaku klapertaart punya keunggulan yang tinggi secara komersil. Penganan khas Kota Manado ini dinilai akan selalu mendapatkan tempat di hati para konsumen. Tak heran, diapun telah mengembangkan bisnis kue klapertaart ini sejak 2006 lalu.
Kudapan berbahan dasar kelapa ini memang memiliki tekstur yang creamy. Selain dapat dinikmati dalam kondisi hangat, dalam kondisi dingin pun rasanya jauh lebih enak. Cara pembuatan klapertaart juga sangat sederhana. Dipanggang bisa, dikukus pun boleh. Klapertaart yang penyajiannya melalui pemanggangan biasanya bisa dipotong layaknya kue basah. Sementara itu, penyajian klapertaart dengan pendekatan dikukus menghasilkan tekstur yang lebih lembut dan mudah meleleh saat digigit.
Awalnya, kue klapertaart hanya didominasi oleh varian rasa kacang kenari. Namun seiiring dengan perkembangan gaya hidup yang berdampak pada munculnya berbagai kekayaan rasa, klapertaart telah disajikan dalam berbagai varian rasa. Niken juga mengembangkan varian rasa coklat, vanili, strawberry, green tea, dan beberapa varian rasa lain- nya.
“Dulu kebanyakan klapertaart menggunakan rum sebagai penghasil aroma yang kuat. Saat ini pen- campuran aromanya sudah menggu- nakan banyak bahan. Banyak varian rasa, banyak pilihan bagi penikmat kuliner,” ujar Niken.
Diceritakan Niken, Klapertaart sesungguhnya adalah jenis makanan peninggalan budaya Belanda. Kue ini dahulunya adalah hasil eksperimen salah satu perempuan Belanda yang tinggal di Manado karena ingin memanfaatkan kelapa sebagai bahan kue. Unsur kata Klapertaart sendiri merupakan gabungan istilah Belanda dan Indonesia. Klaper ber- makna kelapa, dan taart berarti kue dalam pelafalan Belanda. Hasil olahan kelapa, kenari, kismis, dan tepung gandum kemudian dikenal sebagai Klapertaart. Biasanya, Klapertaart ini disuguhi sebagai makanan penutup keluarga Belanda kelas menengah.
Ianya juga sering disajikan saat perayaan natal dan tahun baru. Setelah menjadi tren makanan, klapertaart tidak lagi diikat oleh momentum dan budaya. Klapertaart menjadi penganan pilihan masyarakat yang bisa dinikmati dalam kondisi apapun. Niken sendiri selama 16 tahun telah membuka bisnis kue klapertaart di bilangan Paniki Satu, Kecamatan Mapanget, Kota Manado. Omset hariannya mencapai Rp 2 juta. Paket kue klapertaart yang disajikannya tergolong premium. Untuk menikmati satu paket klapertaart dengan 12 cup, harga yang dibanderolnya yakni Rp 250 ribu.
“Ada dua jenis kemasan, yaitu ukuran 18 dan 22. Pelanggan juga bisa memilih sesuai dengan ukuran yang diinginkannya,” jelas Niken.
Sebagai salah satu penggerak UMKM, Niken paham benar betapa tantangan dalam mempertahankan usahanya tidaklah kecil. Klapertaart saat ini menjadi salah satu bisnis kuliner dengan kompetitor yang sangat ketat dan cukup banyak pula pengembangannya dilakukan oleh berbagai pihak. Beruntungnya, kue klapertaart yang disiapkan oleh tim kerjanya belum pernah mendapatkan komentar yang negatif dari para konsumen. Padahal diakui Niken, dengan kategori jenis makanan yang sedikit premium, harga yang dijualnya terbilang mahal.
“Uniknya walaupun produknya dibilang mahal, tetapi tetap dibeli juga karena rasa yang berbeda dengan produk yang lain. Sejauh ini pun Niken Klapertaart belum pernah mendapatkan komentar buruk dari orang-orang, terutama pelanggannya,” demikian katanya.
“Selain itu Niken Klapertaart juga menyediakan kue kering dan kue basah dengan beraneka rasa. Untuk kue kering tersedia rasa Silverqueen, nastar, dan castengel. Sedang- kan untuk kue basah tersedia rasa Napolitein, Suzen, Fruit Pie, Zebra Butter Cake. Dan juga tersedia ane- ka moka kampung,” tambahnya.
Sejauh ini diapun banyak bersyukur karena pengembangan Niken Klapertaart turut dibantu oleh banyak pihak. Salah satu bantuan yang datang berasal dari program UMKM Hillary Brigitta Lasut dan Didi Roa yang tak lain merupakan para penggerak Gerakan Restorasi Pedagang dan UMKM (GARPU) di Sulawesi Utara.
“GARPU ikut andil dalam pembuatan kemasan dan turut mengendorse produk saya. Kedepan saya berharap pemerintah dapat meningkatkan produktivitas masyarakat dengan membuat kondisi perekonomian membaik dan bergairah serta memberikan bantuan UMKM yang tepat sasaran tanpa memandang kalangan,” tutupnya yang juga ber- profesi sebagai Marketing Manager di PT. Karyadeka Alam Asri. []