Home Kolom

Menjawab Sinisme Penjaringan Capres Partai Nasdem

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Rakernas Partai Nasdem yang berlangsung sejak 15-17 Juni 2022 kemarin di Jakarta Convention Center (JCC) masih meninggalkan cerita menarik untuk diulas. Banyak pihak memuji langkah Partai Nasdem yang tidak terjebak pada praktik politik transaksional terkait tahapan penjaringan bakal calon presiden Indonesia pada periode 2024-2029 mendatang. Proses penjaringan capres oleh Partai Nasdem dengan melibatkan unsur perwakilan partai wilayah dan tokoh-tokoh masyarakat dari ke-34 provinsi di Indonesia jelas sebuah politik perbedaan. Tujuannya tak lain dan tak bukan demi menjamin kepentingan bangsa di atas segala-galanya.

 

Walaupun demikian, langkah visioner Partai Nasdem tersebut bukan direspon secara positif semata. Ternyata dengan begitu rendah hatinya cara politik yang ditunjukkan oleh Partai Nasdem dan Ketua Umumnya Surya Paloh, sinisme-sinisme politik tetap berseliweran di berbagai lini masa. Ironisnya lagi, sinisme-sinisme tersebut tidak saja muncul dari kalangan netizen biasa. Melainkan turut lahir dari komentar-komentar beberapa pelaku politik yang notabene memiliki wawasan lebih luas.

 

Akan hal itu, saya mencoba menangkap dan memahami beberapa sinisme yang muncul terhadap Partai Nasdem. Partai Nasdem dituding hanya mendongkrak popularitas semata. Jelas saja, tudingan tersebut tidak benar. Pelaksanaan Rakernas merupakan salah satu amanat partai dalam rangka konsolidasi, penguatan komunikasi, peningkatan kapasitas, sekaligus untuk mencari tau dan mendengar persoalan-persoalan yang terjadi di daerah. Rakernas juga salah satu bentuk apresiasi kepada para pengurus dan kader partai untuk saling terkoneksi dengan kader-kader lainnya di seluruh Indonesia.

 

Bagaimana soal sisipan penjaringan Capres? Tentu saja metodologi penjaringan capres bisa dilakukan dengan banyak cara. Biasanya Partai Nasdem mengandalkan berbagai rangkaian survei politik untuk menangkap keinginan masyarakat. Partai Nasdem juga berkomunikasi aktif dengan para ketua partai untuk memperoleh second opinion.

 

Namun mengingat pencapresan adalah momentum yang sangat subtansial untuk menentukan arah bangsa dan negara ini, tentu saja Nasdem akan melakukan upaya double bahkan triple crosscheck. Penjaringan capres via Rakernas kemarin adalah upaya lainnya untuk mendengar aspirasi masyarakat.  Rakernas Partai Nasdem yang salah satu poinnya menyelenggarakan proses penjaringan capres adalah bentuk kewajiban politik untuk mendengar aspirasi kalangan grass root (bawah).

 

Mengapa harus penjaringan publik? Apakah Nasdem krisis kader? Jelas tidak. Partai Nasdem memiliki segudang kader dengan kapasitas dan jam terbang yang tak perlu diragukan. Yang paling pertama, Partai Nasdem memiliki sosok Surya Paloh. Pengusung ide politik restoratif ini bukan pemain kemarin siang. Surya Paloh hidup dan berpolitik di berbagai era. Sudah mengalami tekanan di berbagai periode pemerintahan. Konon saat ini sangat dihargai oleh berbagai pihak karena kebijaksanaannya. Tak sekalipun dia berkeinginan untuk mencalonkan diri sebagai capres. Bahkan saat Jokowi sendiri pernah meminta dia untuk mendampingi pencalonan dirinya. Bayangkan saja seorang ketua umum partai, namun tak terobsesi untuk nyapres, mau dicari dimana lagi sosok yang demikian?

 

Partai Nasdem juga memiliki tiga menteri. Ketiganya meliputi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar, dan sang Sekjend Johnny G Plate yang merupakan Menkominfo. Menariknya, ketiganya begitu serius dalam bekerja. Tidak sekalipun ketiganya memanfaatkan posisinya sebagai menteri untuk mendorong peningkatan popularitas dan elektabilitasnya dalam rangka pencapresan.

 

Tidak pernah. Bahkan ketika baru-baru ini, Mentan Syahrul Yasin Limpo berhasil mengoptimalkan produktifitas sektor pertanian di tengah-tengah tekanan Pandemi Covid-19, SYL begitu dia dipanggil tak pernah bermain mata untuk pencapresan. Padahal sejak dia memimpin pertanian, produksi pertanian benar-benar meningkat. Salah satunya beras. Produksi beras nasional pada 2019 mencapai 31,31 juta ton, meningkat pada 2020 menjadi 31,36 juta ton dan pada 2021 sebesar 31,33 juta ton. Boleh saja dia memanfaatkan prestasi itu untuk berkampanye. Tapi tak dilakukan. Namanya juga muncul lantaran didorong oleh perwakilan sulawesi dalam Rakernas.

 

Selain tiga menteri tersebut, Partai Nasdem juga punya nama-nama beken seperti Lestari Moerdijat, Ahmad Sahroni, Rachmat Gobel, dan Ahmad HM Ali. Keempatnya bukan orang sembarangan. Popularitasnya bagus. Track recordnya juga demikian. Namun keempatnya juga tak memanfaatkan momen apapun untuk kepentingan pencapresan. Ibarat air mengalir, ya mengalir saja. Keempatnya berpolitik secara cair. Tidak berambisi dengan pencapresan. Padahal, apa yang tak mungkin dalam politik ini.

 

Rasa-rasanya kedelapan nama tersebut sudah lebih dari cukup untuk menasbihkan betapa Nasdem tidak kekurangan kader untuk pencapresan. Ini menjadi jawaban betapa sinisme terhadap Nasdem tidaklah benar. Penjaringan capres secara terbuka adalah tanggungjawab politik kebangsaan yang dicontohkan oleh Partai Nasdem untuk bangsa ini.

 

Lalu mengapa Anies Baswedan? Mengapa Ganjar Pranowo? Mengapa pula Andhika Perkasa? Itulah realitas opini publik yang diwakili oleh 34 perwakilan Nasdem di 34 provinsi. Toh selama penjaringan, nama-nama figur publik lainnya juga muncul. Sebut saja seperti Erick Thohir, Dudung Abdurachman, Khofifah Indar Parawansa, Tuan Guru Bajang, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, dan banyak nama-nama tokoh publik lainnya ikut direkomendasikan pada tahap awal. Nyatanya setelah dikerucutkan dan dihitung votingnya, ketiga nama tersebut meliputi Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Andhika Perkasa memang memiliki raihan suara yang lebih besar.

 

Di luar hasil Rakernas Nasdem tersebut, selama ini, beberapa survei juga kerap menampilkan ketiga nama tersebut walaupun ada perbedaan prosentasi popularitas dan elektabilitas. Maka karenanya hasil Rakernas Nasdem saya lihat berbanding lurus dengan opini-opini lainnya. Inilah jawaban atas sinisme penjaringan capres oleh Partai Nasdem.

 

Sebagai kader, tentu saja kami berharap Partai Nasdem dapat mencalonkan orang-orang terbaik dari partai ini sendiri. Akan tetapi realitas masyarakat adalah pertimbangan penting yang tak bisa ditolak kebenarannya. Karena bagaimanapun juga, kepentingan bangsa ini haruslah diutamakan. Ia tidak boleh kalah dengan kepentingan partai. Partai Nasdem telah menunjukkan betapa politik ini tidaklah kaku. Nasdem telah menunjukkan betapa politik harusnya terbuka. Nasdem juga menunjukkan pada publik betapa objektifitas adalah penting. Ini adalah pelajaran yang luar biasa di tengah-tengah tingginya apatisme masyarakat terhadap politik. Jadi, sungguh sinisme tersebut tidak layak dialamatkan kepada Partai Nasdem.

 

*Penulis merupakan Wakil Ketua Dewan Pembina DPP GARPU. Pengurus DPW Nasdem DKI Jakarta

Penulis: Ir Bajora Alamsyah

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Terkait

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kolom

Suara Pembaca

Kirimkan tanggapan dan komentar Anda yang berkaitan dengan pelayanan publik dan keluhan konsumen.

Kategori Berita