Kategori Berita

Informasi

Indonesia Berkomitmen Tekan Emisi Karbon

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Jakarta –  Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto menegaskan, emisi karbon yang masih tinggi harus segera dikurangi. Hal ini sesuai dengan komitmen Perjanjian Paris yang telah diratifikasi Indonesia pada April 2016 lalu.

 

Menurut Sugeng, emisi karbon yang tak terkendali sangat berdampak pada perubahan iklim dunia. Sumber emisi karbon berasal dari masih tingginya pemanfaatan energi fosil. Untuk itu, ia mendorong pemanfaatan energi fosil dikurangi untuk kelestarian lingkungan.

 

“Bersama dunia kita ikut menekan agar laju karbon tidak tinggi. Ini harus dikendalikan, karena salah satu sebabnya adalah banyaknya luncuran karbon dari energi fosil, baik minyak, gas, maupun batubara. Indonesia hari ini memang masih sangat tergantung pada minyak, gas, dan batubara,” kata Sugeng saat bertemu Neil McCulloch (expert subsidy reform) dari Kedutaan Besar Inggris, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, sebagaimana dikutip dari Laman Fraksi Nasdem DPR RI, Rabu (6/7/2022).

 

Legislator NasDem itu mengatakan, pertemuan tersebut mendiskusikan semangat pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk masa depan dunia. Indonesia sebagai peratifikasi Perjanjian Paris, sangat konsisten menurunkan emisi karbon.

 

“Ron 88 sangat polutif, karena tinggi sulfur dan bisa mengganggu kesehatan manusia pula. Sekarang ada ron 90 terendah, namanya pertalite. Ron 90 itu sudah jauh lebih ramah lingkungan,” imbuh Sugeng.

 

Sugeng mengakui, saat ini transportasi Indonesia masih menggantungkan sebagian besar pada energi fosil. Penggunaan EBT masih relatif kecil pemanfaatannya, sedangkan industri mobil listrik yang ramah lingkungan masih terbatas produksinya.

 

“Begitu juga batubara yang menyumbang emisi karbon yang tinggi. Industri listrik di Tanah Air masih memanfaatkan batubara. Itu adalah kenyataan yang masih dihadapi Indonesia. Energi listrik Indonesia dari 65 gigawatt atau 65.000 MW itu, 66 persennya PLTU batubara. Di Pulau Jawa lebih parah lagi dengan hampir 70 persen pakai batubara,” paparnya.

 

Sugeng mengatakan, negara di dunia sepakat untuk menyelamatkan bumi dari climate change (perubahan iklim). Kenaikan suhu bumi harus dicegah sesegera mungkin.

 

“Kita sepakat bumi ini harus dilestarikan, karena sudah terasa ada  climate change. Kita harus mencegah agar suhu bumi tidak naik melebihi satu setengah persen di tahun 2050. Sejak revolusi industri di tahun 1850 sampai tahun 2000 sudah naik 1 poin, 13 derajat celcius untuk mencapai satu setengah tinggal 0,37,” ungkap Sugeng.

 

Legislator dari Dapil Jawa Tengah VIII (Kabupaten Cilacap dan Banyumas) itu menekankan, negara kepulauan seperti Indonesia sangat terimbas perubahan iklim. Ada tekanan udara yang terjadi, sehingga ketidaknormalan sangat terasa. []

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Terkait

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kolom

Suara Pembaca

Kirimkan tanggapan dan komentar Anda yang berkaitan dengan pelayanan publik dan keluhan konsumen.

Kategori Berita