Kategori Berita

Informasi

Dossy Atmaja, Ibu Rumah Tangga Pengusaha Kue Tradisional di Jakarta Utara

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Di tengah-tengah maraknya penjualan makanan kekinian dan millenial, jenis-jenis kue tradisional tetap mendapatkan respon yang positif. Bukan tanpa alasan. Selain diikat oleh selera dan kebiasaan yang telah menjadi warisan turun-temurun, kue-kue tradisional masih dianggap jauh lebih sehat. Kue tradisional selalu diolah dari bahan-bahan yang segar, minim zat adiktif, memiliki kandungan lemak yang relatif rendah, serta memiliki banyak variannya.

 

Dossy Atmaja juga melihat hal itu sebagai peluang bisnis yang bagus. Sebagai ibu rumah tangga yang suka memasak jenis kue apapun untuk keluarganya, Dossy mencoba peruntungannya untuk menjual aneka ragam kue tradisional dari rumahnya di daerah Rorotan, Jakarta Utara.

 

“Sudah 12 tahun jualan kue,” kata Dossy yang dijumpai baru-baru ini.

 

Walau mengaku pendapatannya belum signifikan, Dossy tak menampik bisnis kuenya jalan terus di tengah-tengah banyaknya bermunculan varian-varian kue kekinian. Menurutnya, jenis-jenis kue tradisional tidak saja dibeli oleh masyarakat karena rasanya yang enak. Faktor kebiasaan serta budaya memakan cemilan di waktu-waktu senggah menempatkan kue-kue tradisional sebagai primadona.

 

Selain itu, ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap kue tradisional juga dipengaruhi oleh momentum tertentu. Entah itu karena hajatan, hari-hari besar seperti ramadhan, Idul Fitri, Natal, Imlek, Tahun Baru, dan momen-momen lainnya ikut mempengaruhi stabilitas konsumsi kue tradisional. “Ada juga karena faktor keluarganya merantau. Kue tradisional juga sering dijadikan bingkisan untuk pengobat rindu makanan sendiri,” tutur Dossy yang menamakan usahanya sebagai Dapur BeVe Homemade.

 

Secara ekonomi, lumrahnya berjualan kue tradisional juga cukup menjanjikan. Idealnya presentase margin keuntungan sedikit lebih besar dari bisnis-bisnis rumahan lainnya. “Antara 10-25 persen rata-rata keuntungannya. Kalau dijual ke perantara, mereka bisa menaikkan harga antara 30-100 persen dari harga beli dari pemasok,” jelas Dossy.

 

Dossy sendiri selama 12 tahun lebih, sering membuat kue jenis puding, kue lapis, biji salak, bubur ketan hitam, kue pacar cina, dan beberapa kue-kue kering lainnya. Selama 12 tahun itu pula, kue yang dibuat oleh Dossy dibeli oleh warga di sekitar tempat tinggalnya. Dia masih memanfaatkan promosi dari mulut ke mulut.

 

Kendati demikian selama pemanfaatan media sosial menjadi tren masyarakat, Dossy pun tak tinggal diam. Dia ikut memanfaatkan sejumlah platform media sosial untuk mempromosikan kue tradisional buatannya. Promosi paling utama dilakukan melalui laman Instagram. Beberapa kali dia menerima orderan melalui instragram.

 

“Sebenarnya usaha saya ini memang kategori kecil. Walau tidak rutin, tapi selama ini ada saja orderannya,” pungkas Dossy.

 

Diapun merasa beruntung, soalnya beberapa kali ikut menerima manfaat bantuan dari pemerintah. Selama pandemi Covid-19, usaha Dossy ikut mengalami dampak yang serius. Sempat tak ada order dan tak bisa berjualan. Setelah masa relaksasi, Dossy sedikit bisa bernafas lega. Dia kembali melanjutkan bisnisnya walau tak selancar dulu.

 

Dia hanya berharap, kedepan daya beli masyarakat bisa meningkat lebih baik.  Soalnya, laju penjualan kue miliki berbanding lurus dengan peningkatan daya beli masyarakat. Apalagi di tengah naiknya beberapa item kebutuhan pokok masyarakat. “Dampaknya, masyarakat jadi lebih irit belanja,” begitu penuturan Dossy.

 

Di lain hal dia juga berharap dapat memperoleh pendampingan bisnis makanan dari pemerintah dan stakeholder manapun. Termasuk dia penuh berharap, Gerakan Restorasi Pedagang dan UMKM (GARPU) dapat meluncurkan kegiatan-kegiatan senada yang berorientasi pada pengembangan kualitas para pedagang.

 

“Saya siap mengikuti kegiatan apa saja untuk pengembangan usaha saya ini,” begitu tutup Dossy yakin. []

 

Catatan: Laporan news feature ini telah tayang dalam Buletin DPP GARPU edisi ke-2 periode April-Mei 2022

Penulis: Grace Miranda Langi

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Terkait

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kolom

Suara Pembaca

Kirimkan tanggapan dan komentar Anda yang berkaitan dengan pelayanan publik dan keluhan konsumen.

Kategori Berita