Kategori Berita

Informasi

Bisnis Kuliner Tak Tergerus Zaman, Litbang GARPU: Tak Berarti Selalu Untung

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Jakarta – Ketua Bidang Pendidikan, Penetilian, dan Pengembangan (Litbang) DPP GARPU, Marta Sanjaya S IP M Si menyebutkan bisnis kuliner merupakan salah satu jenis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang terus bertahan dan berkembangan sepanjang masa. Di tengah-tengah perubahan era, gaya hidup, dan lingkungan, bisnis kuliner tak pernah tergilas zaman.

 

“Kuliner adalah salah satu jenis UMKM yang paling banyak diminati. Alasannya karena kategori bisnis ini tidak pernah mati tergerus zaman. Namun bukan berarti bisa terus jaya. Tak berarti selalu untung,” ujarnya sebagaimana dituliskan Rabu (1/6/2022).

 

Sebagai negara yang kaya dengan aneka makanan dan minuman, bisnis kuliner di Indonesia dipengaruhi oleh corak makanan lokal baik berkonsep makanan utama berbahan ayam, lele, bebek, ikan, daging, dan beberapa lainnya. Salah satu penganan utama yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah kategori makanan berat berupa Pecel Ayam dan Lele Goreng.

 

Nyatanya, tak semua pedagang Pecel Ayam dan Lele Goreng mampu mempertahankan warung-warungnya. Marta menilai jenis kuliner berkonsep Pecel Ayam dan Lele Goreng saat ini terus bertransformasi. Dari sekedar makanan kaki lima, menjadi makanan yang hits dengan segala transformasi penyajiannya.

 

“Karena itu para pebisnis harus terus melakukan inovasi di tengah-tengah berbagai model bisnis kuliner yang terus berkembang di tengah-tengah kita,” jelas Marta.

 

Kendatipun demikian Marta tak menampik kenyataan betapa masih ada model-model bisnis kuliner tradisional yang terus mendapatkan kepercayaan publik walau tanpa perubahan yang berarti. Di beberapa tempat di Indonesia, masih dijumpai model bisnis semacam Pecel Ayam dan Lele Goreng yang legendaris karena pemiliknya tidak melakukan perubahan apapun.

 

“Kasus-kasus yang demikian itu memang langka. Tapi kemampuan mereka bertahan juga tak lepas dari konsisten mempertahankan cita-rasa yang sama dan enak sepanjang zaman. Juga karena kemampuan mereka mempertahankan layanan dan hubungan emosional dengan konsumen loyal mereka. Tentu tak semua orang beruntung untuk mempertahankan model bisnis yang begitu, makanya tetap butuh ekstra inovasi,” tutup Marta. []

Penulis: Yuli Rahmad

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Terkait

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kolom

Suara Pembaca

Kirimkan tanggapan dan komentar Anda yang berkaitan dengan pelayanan publik dan keluhan konsumen.

Kategori Berita